Pages

waktuQiu

pemerolehan bahasa


A.    Proses Pemerolehan Bahasa dan Pertumbuhannya
Meskipun dengan landasan filosofis yang mungkin berbeda-beda, pada umumnya kebanyakan ahli kini perpandangan anak dimanapun juga memperoleh bahasa ibunya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurologi, manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang mengatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekalkodrati pada sat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitan yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa yang ditentukan oleh input dari sekitarnya.
Karena ke dalam bahasa ada tiga komponen, yakni fonologi, sintaksis dan semantik, maka bahasa kita dibagi menjadi tiga:

1.      Pemerolehan dalam Bidang Fonologi
Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang sudah memiliki sekitar 70% karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat melakukan banyak hal segera setelah lahir,s edangkan manusia hanya bisa menangis dan menggerakkan badannya. Proporsi yang ditakdirkan kecil pada manusia ini mungkin memang “dirancang” agar pertumbuhan otaknya proporsional pula dengan pertumbuhan badannya.
Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas. Proses mengeluarkan bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi olekutan (Darjo Widjojo, 2000: 63). Anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum jelas identitasnya.
Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mencampur konsonan dengan vokal sehingga membentuk apa yang dalam bahasa Inggris disebut babbling, yang telah diterjemahkan menjadi celotehan (Darjo Widjojo, 2000: 63). Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti oleh sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/. Sedangkan pada anak Barat, kata sudah mulai muncul pada umur sekitar 1 tahun (mulai sekarang dipakai konvensi 1;0 untuk umur satu tahun, 1;7 untuk umur satu tahun dan tujuh bulan, dan seterusnya).
2.      Pemerolehan dalam Bidang Sintaksis
Dalam bidang sintaksis anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu, yang menjadi pertanyaan adalah kata mana yang dia pilih? Seandainya anak itu bernama Dodi dan yang ingin disampaikan Allah Dodi mau bubuk dia Akan memilih di (untuk Dodi), mau (untuk mau), atau kah buk (untuk bubuk)? Kita pasti akan menerka bahwa ia akan memilih buk. Tapi, mengapa demikian.
Dalam pola pikir yang masih sederhanapun tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus informasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dari tiga kata pada kalimat Dodi mau bubuk? Yang baru adalah kata bubuk, karena itulah anak memilih buk, dan bukan di, atau mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran satu kata (USK), one word utterance anak tidak sembarangan saja memilih kata itu, dia akan memilih kata yang memberikan informasi baru.
Ciri lain dari USK adalah bahwa kata-kata yang dipakai hanyalah kata-kata dari kategori sintaktik utama (content words), yakni, nomina, verba, adjektiva, dan mungkin juga adverbial.
Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan ujaran dua kata, UDK (two word utterance). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah.
Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas. Ciri lain dari UDK adalah bahwa kedua kata ini adalah kata-kata dari kategori utama, nomina, verba, adjektiva atau bahkan adverbial. Belum ada kata fungsi seperti di, yang, dan sebagainya. Karena ujaran seperti bahasa tiligram ini, maka UDK sering juga disebut sebagai ujaran telgrafik (telegraphic speech).
Setelah UDK tidak ada ujaran tiga kata yang merupakan tahap khusus. Pada umumnya pada sat anak mulai memakai UDK, dia juga masih memakai USK. Setelah beberapa lama memakai UDK dia juga mulai mengeluarkan ujaran yang tiga kata atau bahkan lebih. Jadi, antara satu jumlah kata dengan jumlah kata yang lain bukan merupakan tahap yang terputus.
3.      Pemerolehan pada Bidang Leksikon
Sebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain untuk berkomunikasi, dia memakai tangis dan gesture (gesture, gerakan tangan, kaki, mata, mulut, dan sebagainya). Pada mulanya kita kesukaran memberi makna untuk tangis yang kita dengar tetapi lama-kelamaan kita tahu pula akan adanya tangis-sakit, tangis-lapar, dan tangis-basah (pipis/eek). Pada awal hidupnya anak memakai pula gestur seperti senyum dan julur tangan untuk meminta sesuatu. Dengan cara-cara seperti ini anak sebenarnya memakai “kalimat” yang protodeklaratif dan protaimperatif (Gleason dan Ratner 1998, 358).
Anak Barat umumnya mulai memakai kata pada umur 1;0. Sekitar umur 1;7 anak telah memperoleh 50 kata dan mulai umur 1;8 anak makin cepat pemerolehan katanya. Pada umur 2;0 anak diperkirakan telah menguasai 200 – 300 kata (Barett, 1995).
a.       Macam kata yang dikuasai
Macam kata yang dikuasai anak mengikuti prinsip sini dan kini. Dengan demikian kata apa yang akan diperoleh anak pada awal ujarannya ditentukan lingkungannya. Pada anak orang terdidik yang tinggal di kota dan cukup mampu untuk membeli bermacam-macam mainan, buku gambar, dan di rumahnya juga terdapat alat-alat elektronik, orang tuanya juga mempunyai waktu untuk bergaul dengan banyak dengan anaknya, maka anak akan memperoleh kata-kata nomina seperti bola, anjing, kucing, beruang, radio, ikan, payung, sepatu, dan sebagainya. Untuk verba di samping yang umum seperti bubuk, maem, pipis, dan sebagainya juga akan diperoleh verba seperti nyopir, ngetik, jalan-jalan, belanja, dan sebagainya. Pada anak petani di desa, apalagi yang agak terpencil, kata-kata seperti ini kecil kemungkinannya untuk dikuasai awal. Prinsip sini pada anak desa ini akan membuat dia menguasai kosakata seperti daun, rumput, cangkul, bebek, sapi, dan sebagainya.
Dari macam-macam kata yang ada, yakni, kata utama dan kata fungsi, anak menguasai kata utama lebih dahulu. Karena kata umum ada paling tidak tiga, yakni, nomina, verba dan adjektiva.
b.      Cara anak menentukan makna
Cara untuk menentukan makna suatu kata bukanlah hal yang mudah. Dari masukan yang ada, anak harus menganalisis segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu akhirnya sama dengan makna yang dipakai oleh orang dewasa.
Dalam hal penentuan makna suatu kata, anak mengikuti prinsip-prinsip universal. Salah satu diantaranya adalah yang dinamakan overextension yang telah diterjemahkan menjadi penggelembungan makna (Dardjo Widjojo, 2000). Diperkenalkan dengan suatu konsep baru, anak cenderung untuk mengambil salah satu fitur dari konsep itu, lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki fitur tersebut. Contoh yang sering dipakai adalah konsep tentang bulan – moon. Pada waktu anak diperkenalkan dengan kata bulan, dia mengambil fitur bentuk fisiknya, yakni bulan itu bundar. Fitur ini kemudian diterapkan pada segala macam benda yang bundar seperti kue ulang tahun, jam dinding, piring dan huruf O. Tiap kali terapannya itu ditolak, dia merevisi “definisi” dia tentang bulan sampai akhirnya dia memperoleh makna yang sebenarnya. Di samping bentuk, ukuran juga bisa menjadi fitur yang diambil anak.
Di samping overextension atau penggelembungan ini, anak juga memakai underextention yang telah diterjemahkan menjadi penciutan makna, seperti terlihat dari istilahnya. Penciutan makna membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk sebelumnya. Kalau konsep mengenai bebek diperkenalkan pada waktu anak melihat bebek di kolam, maka gambar bebek yang ada di buku beberapa hari kemudian bukanlah bebek. Bebek harus barang hidup, dan mungkin juga di kolam.
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa proses pemerolehan dan pertumbuhan bahasa pada manusia terdapat pada beberapa tahap, yang mana tahap tersebut berhubungan dengan tiga komponen pada bahasa itu sendiri, yaitu: komponen fonologi, yang menjelaskan bahwa seorang anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyian pada umur sekitar 6 Minggu, komponen kedua, yaitu sintaksis, yang menjelaskan bahwa anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata, kemudian dua kata dan seterusnya. Komponen ketiga yaitu leksikon, yang menjelaskan anak pada mulanya hanya berbahasa dengan tangisan atau rengekan. Dan kemampuan anak dalam menguasai makna kata atau menentukan makna suatu kata dipengaruhi/ditentukan oleh lingkungannya. Jadi apabila anak tersebut tinggal di lingkungan yang terdidik, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang terdidik juga, begitu pula sebaliknya, apabila dia tinggal di lingkungan yang kurang terdidik, maka ia akan tumbuh dengan kurang terdidik pula.

0 komentar:

Posting Komentar